Tuesday, March 10, 2015

Frequently Asked Questions (FAQ) Tentang Penulis dan Kepenulisan - Catatan Andry Chang

Selengkapnya di: ABONE CORP: ULASAN ANDRY CHANG DI TAMU FEBRUARI KPPK:

23 Feb 2015



 "Tidak ada penulis yang langsung menghasilkan karya hebat di draft
pertama, kecuali dia itu super-duper berbakat, 1 dari berapa puluh juta
orang. Just follow your mind, heart and passion. Terus terang, dari
puluhan cerpen dan beberapa novel yang saya tulis, tanggapan orang beda2
semua. Ada yang bilang karyaku yang "AAA" super keren, ada juga yang
bilang "AAA" super jelek, super klise dsb. Tulis aja apapun yang muncul
di benak kamu. Biarkan orang mau bilang apa. Siapa tahu 1 dari 100 karya
atau 1000 karya kita ada yang bisa bersinar terang sekali. Seperti
biblioku, baru 1 novel saya yang terbit secara major, padahal saya sudah
rampungkan 6/7 novel, but it won't stop me." Begitulah ungkapan beliau
dalam obral ngobrol Tamu Februari kemarin.




Acara online berjalan menuju puncaknya, ramai dan banyak
pertanyaan. Hingga om Andry lumayan kualahan. Haha. Kosekuen narasumber
om. Oke lanjutin yang postingan TAMU FEBRUARI KPPK - ANDRY CHANG tadi.



Point penting yang harus dimiliki seorang penulis pemula itu apa, kak?
- Seperti yang kakak bilang tadi, ada kalanya kita merasa nggak berani
untuk memulai. - Jawabannya singkat aja : Kenali diri kita sendiri.
Kenali apa kelebihan kita, skill set, bakat dan hobi yang selama ini
kita jalani. Kalau misalnya saya modalnya adalah IMAJINASI, hobi gambar
dan nonton, suka pelajari sejarah dsb. Kalau saya ingin coba garap genre
romance, mungkin saya harus coba melatih diri di bidang EMPATI, sering2
curhat dengan orang lain, pacar dsb. Nah, apa modal kalian? Jawab
sendiri2 yah, kalau perlu ditulis aja supaya ingat terus.



Cara menulis sinopsis

novel tuh gimana ya?
- Sinopsis novel itu kayak semua isi cerita
itu dirangkum jadi bentuk pendeknya. Tetap perlu latihan supaya bisa
menjabarkan tema / gambaran umum novel itu supaya menarik. Kalau lebih
dari 3 halaman, tulis sekali lagi dengan lebih fokus pada tema cerita,
konflik utama dan masalah paling mendasar saja. Jangan beritahu
"solusinya". Seringlah baca dan lihat sinopsis belakangnya, jadi kamu
terlatih dan bisa bikin sinopsis yang singkat, tapi padat.



Bagaimana caranya memberikan deskripsi latar/ setting kepada pembaca tanpa banyak telling (menjabarkan melalui detail yang ada)?
- Dulu ya, ini problemku sejak awal, teori SHOW, DON'T TELL. Mungkin
masih saya idap sekarang. Saya coba eksperimen dengan menjabarkan
sedikit-demi-sedikit gambaran tentang tokoh, background dsb sambil
ceritanya jalan. Misal si tokoh melihat gadis itu cantik, lalu menyusuri
padang luas penuh bunga menghampirinya. Tunjukkan (show) suasana
sekitar dan para tokoh yang berinteraksi dengan deskripsi. (Nah ini
masalahnya tentukan kadarnya bagaimana - tidak ada patokan pasti) Terus
bangun suasana lewat dialog atau aksi, tergantung adegannya. Kalau
imajinasi terlatih, coba bayangkan seluruh adegan itu seperti film dalam
otak kita, putar ulang seperti kita jadi sutradara/editor, tentukan
mana yang cocok lalu coba "terjemahkan" bahasa "gambar" itu dalam
tulisan. Kalau tipe logika lagi2 pakai skema saja.



Bagaimana cara membangun konflik om Andry? - Biasanya
mulai dari basic dulu yaitu persoalan-konflik-pemecahannya saat bikin
plot konflik bisa ditentukan apa bakal taruh halangan2 supaya konfliknya
lebih kompleks. Kalau susah lewat imajinasi, bikin skema dengan LOGIKA,
dan semuanya akan terpasang. Tentunya di akhir sekali lagi butuh
LATIHAN & EKSPERIMEN yang banyak.



Dalam menyelesaikan satu karya, apakah kakak tentukan time
limit, tekhnik hukuman jika sehari tidak menulis , ketika lagi banyak
pikiran menulispun jadi nggak fokus, tips atau kiat yang sering kakak
lakukan seperti apa?
- Justru saya menghindari cara memecut diri
dengan hukuman seperti itu. Terus-terang, saya kurang suka kalau menulis
berdasarkan deadline. Menulis itu seni dan kita ini termasuk seniman,
atau lebih tepatnya sastrawan. Daripada memaksa diri dengan hukuman,
lebih baik memotivasi diri dengan hal-hal positif seperti
jawaban-jawaban saya di awal2 tadi, terutama saat idenya buntu banget.
Find time to practice, play with your imagination. Dan tanpa sadar,
tahu-tahu sudah beberapa karya yang rampung.



Aku ada masalah nih, karena gak sabaran nulis novel, bab 4
belum selesai, sudah nulis bab 5, sampai ending begitu. Setelah mau
perbaiki ulang, eh bosan duluan. Naskahnya masih bolong sampai sekarang.
Ada saran?
- Coba baca lagi novelmu dari bab 1 sampai selesai,
sekalian bayangkan itu seperti film dalam otak kamu. Kalau sudah begitu
tapi kamu terlanjur bosan, kamu bisa pilih untuk tambal saja bab 4
berdasarkan logika, refreshing dengan melakukan hal-hal lain dulu,
diskusikan dengan teman atau coba eksperimen dengan bikin cerpen2/ garap
ide baru dulu. Kalau semua itu masih gagal juga. Well, u have a serious
problem of passion yang hanya diri kamu sendiri yang bisa atasi. Saya
tidak tahu novel yang kamu garap itu tentang apa temanya. Jadi hanya
kamu yang bisa cari tahu kenapa sampai bosan dengan karya sendiri. Itu
terus terang sudah lampu kuning tanda bahaya lho. Worst case, terpaksa
kamu selesaikan saja cepat2 dengan logika dan garap ide2 lain. Begitu
ada ide2 fresh baru, kamu bisa pilih utk pakai ide itu di novelmu yang
"membosankan" itu.



Oke saya rangkum saja kesimpulannya ya. Terus terang, jadi
penulis itu pilihan yang sama sekali tidak mudah, apalagi diseling
dengan profesi-profesi lainnya yang menuntut lebih banyak waktu dan
curahan pikiran. Dan jadi penulis full-time itupun sangat sulit, karena
harus sangat produktif dan hasilnya sudah pasti bisa diterbitkan. Hanya
segelintir orang yang bisa full-time penulis, dan saya bukan salah satu
di antara mereka walaupun frekuensi menulis saya sendiri hampir setara
full-timer.




Jadi, buat semua yang ingin jadi penulis, baik sekedar hobi,
freelancer ataupun full-timer, yang terpenting adalah kenali diri kita
sendiri, lalu pilih genre spesialisasi kita berdasarkan modal kita itu.
Yang kedua dan tak kalah pentingnya, cobalah berusaha untuk cari waktu
untuk terus berlatih dan bereksperimen dengan ide2 baru. Teori menulis
banyak sekali, tapi tetap saja jalannya harus terus berlatih dan
bereksperimen. Jangan takut gagal. Percayalah, dari sekian banyak hasil
eksperimen itu akan ada beberapa pesan kita itu yang tersampaikan pada
sebanyak mungkin pembaca.

Popular Posts