Pages
Vadis Channels News and Works | Music | Movies | Cars and Bikes | Gadgets | Properties | Pets | Cyber Shop | Evernade Saga | Martial World
Thursday, December 27, 2012
Angry Birds - Star Wars
Angry Birds - Star Wars
Available to download now on iOS, Google Play, PC, Amazon, Mac, Windows 8 & WP8! http://download.angrybirdsstarwars.com
Angry Birds Star Wars is a new Angry Birds game set in a galaxy far, far away. Take a look at our http://angrybirds.com/starwars homepage for fan art, comics and even more animations.
Follow Angry Birds on Twitter at http://twitter.com/angrybirds
Like Angry Birds on Facebook at http://facebook.com/angrybirds
Join Angry Birds on G+ at http://plus.google.com/+AngryBirds
...And may The Birds be with you, always.
Source: http://youtu.be/l6lYFO_tKlE
Luke & Leia
R2-D2 & C3PO
Han Solo & Chewie (Chewbacca)
Obi-Wan Kenobi & Darth Vader
Sunday, December 16, 2012
SENYUM: Sebuah Antologi Kemanusiaan
TELAH
TERBIT : ANTOLOGI KEMANUSIAAN SENYUM (TEMA KISAH CINTA) & UNDANGAN
MENGIKUTI ANTOLOGI KEMANUSIAAN SENYUM TEMA CERPEN ANAK
by Dia Gaara Andromeda on Saturday, December 15, 2012 at 10:46am ·
TELAH TERBIT!
Sebuah antologi amal yang didedikasikan untuk Perpustakaan Senyum guna menembus anak jalanan.
Dengan membeli antologi ini, besar artinya untuk kami :)
Bantulah kami untuk membuat anak-anak itu selalu ter-SENYUM
SENYUM
Ada Cinta, Persahabatan dan Canda Tawa
SENYUM. Satu kata yang sederhana tetapi memiliki banyak makna. Sebuah perpustakaan kecil di daerah Bogor Selatan yang menamakan diri Perpustakaan Senyum adalah wadah membaca yang awalnya tumbuh dalam kesederhanaan, tapi seketika menguat tatkala keinginan dan minat anak-anak yang makin besar terhadap buku. Rasa cinta, persahabatan dan canda tawa dari para sahabat senyumlah yang mengokohkan kebersamaan ini. Selama 2 tahun sudah perpustakaan ini bertahan dalam dimensi yang penuh liku. Walau begitu, perpustakaan ini tidak pernah lupa akan tujuan awalnya yang ingin menyapa anak-anak jalanan yang sebenarnya lebih membutuhkan sarana membaca dan belajar. Dari keyakinan inilah antologi amal ini terlahir. Cinta dari para sahabat senyum yang menguatkan kami untuk keterbatasan mereka.
Inilah 23 kisah yang dikemas secara unik dan penuh hikmah oleh para sahabat senyum, karena sesungguhnya cinta adalah senyum, dan senyum adalah cinta. Keduanya saling berkait dan tak terpisahkan satu sama lain.
“Kumcer ini kaya dengan metafora multikultural. Selintas seperti sederhana tapi pada titik terjauh memiliki kedalaman kontemplasi yang ngangenin. Seperti pelangi sastra yang lahir dari keragaman sidik jari kepenulisan, juga seperti sebuah taman ketika banyak warna memanjakan kolbu pembaca. Ini yang membuat saya tenggelam. Ada deret humanisme, nestapa manusia dan pergulatan budaya yang mencengangkan. Di sini, semoga para pemilik masa depan sastra Indonesia ini, tidak berhenti di kilometer nol.”
(Tandi Skober, esais dan penikmat sastra)
“Buku ini sangat ringan dan inspiratif. Sarat dengan hitam putihnya persahabatan, full love, crying and smile.”
(Mayoko Aiko, penulis)
“Inilah realita percintaan remaja saat ini, yang lebaayyy ... yang kiyut! Yang rempong! Yang kepo! Yang mendayu! Nggak lupa, yang ajib inspiratif juga ada! Semuanya digambarkan dengan apik oleh 23 cerpenis fantastis. Mereka mengukir 23 senyum, 23 sisi, 23 suasana, 23 makna terindah dalam 23 cerita.”
(Paulus Nugroho, penikmat buku, ilustrator lepas)
Penerbit : Universal Nikko
Kategori (Sub) : Fiksi (Kumcer)
ISBN : 978-602-9458-21-3
Seluruh Kontributor :
Mayoko Aiko | Indah Hanaco | Sondang Nababan | Lonyenk Rap | Impian Nopitasari | Angri Saputra | Arumi Ekowati | Alfian Daniear | Hilal Ahmad | Naminist | Jacob Julian | Prima Sagita | Ari Keling | Setiawan D Chogah | Astuti Parengkuh | Dedek Fidelis Sinabutar | Fuan Fauzi | Nafilah Nurdin | Akarui Cha | Ikbal Tawakal | Wiwin Faresha Al Ghifari | Ryourie | Widi Astuti
Edisi⁄Cetakan : I, 1st Published
Tahun Terbit : 2012
Harga : Rp 49.500,-
Penjualan buku hanya dilakukan via online, karena antologi ini dicetak sangat terbatas. Pemesanan buku ini bisa melalui : Widi Astuti / Dia Gaara Andromeda di nomor hape 08567368262 atau FB-nya : Dia Gaara Andromeda (die_femti(at)yahoo.co.id) atau email senyumcendolers(at)yahoo.co.id
Semua keuntungan penjualan antologi ini diserahkan ke kas Perpustakaan Senyum guna membiayai sewa di lokasi baru. Jadi jika teman-teman membeli buku ini, saya sangat berterima kasih sekali, berarti kalian menyumbang untuk perpustakaan senyum. Beginilah cara kami mencari dana, dengan berkarya, tak sekedar meminta begitu saja.
Dengan diterbitkannya antologi kemanusiaan senyum tahap 1, maka dengan ini kami menggelar AUDISI ANTOLOGI KEMANUSIAAN SENYUM TAHAP 2 dengan tema CERPEN ANAK (CERNAK) :
Syarat Teknis Penulisan Cernak :
1. Font: Arial
2. Ukuran font: 12
3. Jarak baris: 1,5
4. Banyak kata: 600 – 700 kata, kira-kira 2 halaman A4
5. Tidak boleh menyertakan nama penulis di naskah cerpen, tulis naskah cerpen dengan subjek : NASKAH CERNAK ANTOLOGI KEMANUSIAAN SENYUM 2. Biodata penulis ditulis di word terpisah, dengan didalamnya menyertakan judul cerpennya. Biodata penulis dikirim dengan subjek : BIODATA PENULIS CERNAK ANTOLOGI KEMANUSIAAN SENYUM 2
6. Cernak harus menyertakan 3 kata kunci berikut di dalam ceritanya : Taman Bacaan, Buku, dan Senyum
7. Kirim ke email : senyumcendolers(at)yahoo.co.id
8. DL : 30 Maret 2013 (masih lama kan, hehe)
9. Harus mengandung amanat dalam ceritanya
10. Maksimal boleh mengirimkan 2 cernak
Syarat Umum Penulisan Naskah Cerita :
1. Cerita harus asli, tidak menjiplak karya orang lain.
2. Cerita tidak mengandung unsur kekerasaan, pornografi, atau yang menyinggung SARA (suku, agama dan ras)
3. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
4. Alur cerita dan permasalahan cocok untuk anak-anak usia SD, range usia 6 s/d 13 tahun.
5. Bentuk antologi ini adalah antologi kemanusiaan, jadi dari pihak Perpustakaan Senyum, jika naskah ini sudah terbit, penulis tidak mendapatkan royalti, kami hanya memberikan reward berupa 1 buah buku sebagai bukti terbit.
Sama halnya dengan naskah senyum, kami juga memberikan kesempatan kepada para ilustrator berbakat untuk mencoba menggambar cover untuk antologi senyum tahap kedua. Antologi senyum tahap 1 covernya pernah dibuat oleh 3 ilustrator muda : Satsuki Borunababan (Sondang Nababan), Shela Sherenita, dan Paulus Nugroho. Dan mereka dengan sukarela menggambar untuk Senyum. Hingga akhirnya terpilihlah ilustrasi milik Satsuki Borunababan. Jadi sama ketentuan dengan naskahnya, jika terpilih nanti, kami tidak akan memberikan reward apapun sebagai honornya, hanya 1 buah buku antologi sebagai bukti terbit. Maklum ini adalah jenis antologi kemanusiaan. Senyum tak mempunyai kas banyak berkenaan tentang hal ini. Jika berminat silahkan kirim gambar kalian ke inbox saya / ke email : senyumcendolers(at)yahoo.co.id (subjek : ILUSTRASI COVER ANTOLOGI SENYUM TAHAP KEDUA). Untuk mengetahui syarat teknisnya dan gambar seperti apa yang Senyum butuhkan, bisa tanya via inbox saya.
Salam
Panitia Senyum
Sumber Artikel:
http://www.facebook.com/notes/dia-gaara-andromeda/telah-terbit-antologi-kemanusiaan-senyum-tema-kisah-cinta-undangan-mengikuti-ant/10151230238906859
Sebuah antologi amal yang didedikasikan untuk Perpustakaan Senyum guna menembus anak jalanan.
Dengan membeli antologi ini, besar artinya untuk kami :)
Bantulah kami untuk membuat anak-anak itu selalu ter-SENYUM
SENYUM
Ada Cinta, Persahabatan dan Canda Tawa
SENYUM. Satu kata yang sederhana tetapi memiliki banyak makna. Sebuah perpustakaan kecil di daerah Bogor Selatan yang menamakan diri Perpustakaan Senyum adalah wadah membaca yang awalnya tumbuh dalam kesederhanaan, tapi seketika menguat tatkala keinginan dan minat anak-anak yang makin besar terhadap buku. Rasa cinta, persahabatan dan canda tawa dari para sahabat senyumlah yang mengokohkan kebersamaan ini. Selama 2 tahun sudah perpustakaan ini bertahan dalam dimensi yang penuh liku. Walau begitu, perpustakaan ini tidak pernah lupa akan tujuan awalnya yang ingin menyapa anak-anak jalanan yang sebenarnya lebih membutuhkan sarana membaca dan belajar. Dari keyakinan inilah antologi amal ini terlahir. Cinta dari para sahabat senyum yang menguatkan kami untuk keterbatasan mereka.
Inilah 23 kisah yang dikemas secara unik dan penuh hikmah oleh para sahabat senyum, karena sesungguhnya cinta adalah senyum, dan senyum adalah cinta. Keduanya saling berkait dan tak terpisahkan satu sama lain.
“Kumcer ini kaya dengan metafora multikultural. Selintas seperti sederhana tapi pada titik terjauh memiliki kedalaman kontemplasi yang ngangenin. Seperti pelangi sastra yang lahir dari keragaman sidik jari kepenulisan, juga seperti sebuah taman ketika banyak warna memanjakan kolbu pembaca. Ini yang membuat saya tenggelam. Ada deret humanisme, nestapa manusia dan pergulatan budaya yang mencengangkan. Di sini, semoga para pemilik masa depan sastra Indonesia ini, tidak berhenti di kilometer nol.”
(Tandi Skober, esais dan penikmat sastra)
“Buku ini sangat ringan dan inspiratif. Sarat dengan hitam putihnya persahabatan, full love, crying and smile.”
(Mayoko Aiko, penulis)
“Inilah realita percintaan remaja saat ini, yang lebaayyy ... yang kiyut! Yang rempong! Yang kepo! Yang mendayu! Nggak lupa, yang ajib inspiratif juga ada! Semuanya digambarkan dengan apik oleh 23 cerpenis fantastis. Mereka mengukir 23 senyum, 23 sisi, 23 suasana, 23 makna terindah dalam 23 cerita.”
(Paulus Nugroho, penikmat buku, ilustrator lepas)
Penerbit : Universal Nikko
Kategori (Sub) : Fiksi (Kumcer)
ISBN : 978-602-9458-21-3
Seluruh Kontributor :
Mayoko Aiko | Indah Hanaco | Sondang Nababan | Lonyenk Rap | Impian Nopitasari | Angri Saputra | Arumi Ekowati | Alfian Daniear | Hilal Ahmad | Naminist | Jacob Julian | Prima Sagita | Ari Keling | Setiawan D Chogah | Astuti Parengkuh | Dedek Fidelis Sinabutar | Fuan Fauzi | Nafilah Nurdin | Akarui Cha | Ikbal Tawakal | Wiwin Faresha Al Ghifari | Ryourie | Widi Astuti
Edisi⁄Cetakan : I, 1st Published
Tahun Terbit : 2012
Harga : Rp 49.500,-
Penjualan buku hanya dilakukan via online, karena antologi ini dicetak sangat terbatas. Pemesanan buku ini bisa melalui : Widi Astuti / Dia Gaara Andromeda di nomor hape 08567368262 atau FB-nya : Dia Gaara Andromeda (die_femti(at)yahoo.co.id) atau email senyumcendolers(at)yahoo.co.id
Semua keuntungan penjualan antologi ini diserahkan ke kas Perpustakaan Senyum guna membiayai sewa di lokasi baru. Jadi jika teman-teman membeli buku ini, saya sangat berterima kasih sekali, berarti kalian menyumbang untuk perpustakaan senyum. Beginilah cara kami mencari dana, dengan berkarya, tak sekedar meminta begitu saja.
Dengan diterbitkannya antologi kemanusiaan senyum tahap 1, maka dengan ini kami menggelar AUDISI ANTOLOGI KEMANUSIAAN SENYUM TAHAP 2 dengan tema CERPEN ANAK (CERNAK) :
Syarat Teknis Penulisan Cernak :
1. Font: Arial
2. Ukuran font: 12
3. Jarak baris: 1,5
4. Banyak kata: 600 – 700 kata, kira-kira 2 halaman A4
5. Tidak boleh menyertakan nama penulis di naskah cerpen, tulis naskah cerpen dengan subjek : NASKAH CERNAK ANTOLOGI KEMANUSIAAN SENYUM 2. Biodata penulis ditulis di word terpisah, dengan didalamnya menyertakan judul cerpennya. Biodata penulis dikirim dengan subjek : BIODATA PENULIS CERNAK ANTOLOGI KEMANUSIAAN SENYUM 2
6. Cernak harus menyertakan 3 kata kunci berikut di dalam ceritanya : Taman Bacaan, Buku, dan Senyum
7. Kirim ke email : senyumcendolers(at)yahoo.co.id
8. DL : 30 Maret 2013 (masih lama kan, hehe)
9. Harus mengandung amanat dalam ceritanya
10. Maksimal boleh mengirimkan 2 cernak
Syarat Umum Penulisan Naskah Cerita :
1. Cerita harus asli, tidak menjiplak karya orang lain.
2. Cerita tidak mengandung unsur kekerasaan, pornografi, atau yang menyinggung SARA (suku, agama dan ras)
3. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
4. Alur cerita dan permasalahan cocok untuk anak-anak usia SD, range usia 6 s/d 13 tahun.
5. Bentuk antologi ini adalah antologi kemanusiaan, jadi dari pihak Perpustakaan Senyum, jika naskah ini sudah terbit, penulis tidak mendapatkan royalti, kami hanya memberikan reward berupa 1 buah buku sebagai bukti terbit.
Sama halnya dengan naskah senyum, kami juga memberikan kesempatan kepada para ilustrator berbakat untuk mencoba menggambar cover untuk antologi senyum tahap kedua. Antologi senyum tahap 1 covernya pernah dibuat oleh 3 ilustrator muda : Satsuki Borunababan (Sondang Nababan), Shela Sherenita, dan Paulus Nugroho. Dan mereka dengan sukarela menggambar untuk Senyum. Hingga akhirnya terpilihlah ilustrasi milik Satsuki Borunababan. Jadi sama ketentuan dengan naskahnya, jika terpilih nanti, kami tidak akan memberikan reward apapun sebagai honornya, hanya 1 buah buku antologi sebagai bukti terbit. Maklum ini adalah jenis antologi kemanusiaan. Senyum tak mempunyai kas banyak berkenaan tentang hal ini. Jika berminat silahkan kirim gambar kalian ke inbox saya / ke email : senyumcendolers(at)yahoo.co.id (subjek : ILUSTRASI COVER ANTOLOGI SENYUM TAHAP KEDUA). Untuk mengetahui syarat teknisnya dan gambar seperti apa yang Senyum butuhkan, bisa tanya via inbox saya.
Salam
Panitia Senyum
Sumber Artikel:
http://www.facebook.com/notes/dia-gaara-andromeda/telah-terbit-antologi-kemanusiaan-senyum-tema-kisah-cinta-undangan-mengikuti-ant/10151230238906859
Sunday, December 02, 2012
Chloe's Closet
source: http://youtu.be/QkwT4c_k6vc
Chloe's Closet" follows the fun-filled adventures of an adorable, imaginative little girl named Chloe who discovers magical new worlds while playing dress-up in her closet. With each new costume Chloe tries on, she is swept up in a fantastical journey with her best friend and constant companion, her security blanket named Lovely Carrot. Chloe's experiences also encourage the audience to celebrate how delightful it is to be a little kid embarking upon a fabulously fun and fearless, anything-can-happen journey -- while also exploring the exciting realm of preschool math. The majority of each episode is devoted to Chloes imaginary world, where the world of make believe is engaged once her closet doors open and a costume donned, while Chloes real-life bookends the stories. The show is produced in 3D CGI and Flash animation by Mike Young Productions
Cafe d'Amor - Andry Chang
A cozy, romantic cafe. Courtesy of Dino'z Cafe, Jl. Sentani C11/14, Kemayoran, Central Jakarta
Café d’Amor
A Short Story by Andry Chang
Kulangkahkan kakiku yang gemetar
dalam kafe ini.
Rasa sesak merasuk jiwa, menyusupi
kalbu hingga kepala.
Suasana surga di dalam tak jua
menyejukkan hati ini.
Suara-suara terus mendesak, ingin
berteriak, “Mengapa? Mengapa?”
Gadis manis menyambut ceria,
“Selamat datang di Café d’Amor, tempat berseminya asmara.”
Huh, asmara apa? Tak tahukah ia wajahku memendam
prahara?
Tenang, nona. Takkan kuledakkan di
sini. Setidaknya tergantung jawaban yang kudapat nanti.
Jadi, kupaksakan senyum dan
ujaran, “Boleh saya bicara dengan pemilik kafe?”
“Oh, maksud mas Pak Dhimara?
Dengan mas siapa ini? Untuk keperluan apa?”
“Saya Fadli. Urusan saya ini
pribadi, tapi Pak Dhimara pasti akan tahu saat melihat saya.”
Kerutan tergurat di dahi gadis
itu. “Baik, biar saya beritahu bapak dulu,” ujarnya sambil berlalu.
Menanti sejenak, gelisah memuncak.
Hingga tatapan menangkap seorang
pria berjalan mendekat. Tigapuluhan, rupawan, berkacamata, figur panutan
keluarga. Dengan celemek putih membalut kemeja sederhana, kurasa bukan dia
pemilik kafe ini.
“Dengan Mas Fadli?” tegurnya
ramah.
“Ya. Anda Pak Dhimara?”
“Panggil Dhima saja. Mari, kita
duduk dulu.”
Tegur sapa kebapakannya sedikit
menghangatkan baraku. Saat kembali duduk di kursi pink empuk depan meja kaca
putih ini, baraku kembali tersulut.
Harus menahan diri, harus.
“Nampaknya mas sedang ada masalah,
ya?”
Ucapan Dhima membuyarkan
lamunanku.
“Ah, begini…” Tentu saja ada
masalah! Ayo bibir, katakanlah!
“Apakah ada hubungannya dengan
kafe ini?”
Tepat sasaran. Ah, tentu saja.
Kurasa barista seperti Dhima pasti mampu membaca isi hati pelanggan. Tapi, apa
ia siap untuk yang satu ini?
Bibirku bergetar. “Ya. Kafe inilah
sumber masalahnya.”
Dhima tampak terperanjat, bukan
dibuat-buat.
“Jelaskanlah,” ujarnya.
Maka kubeberkan kenanganku.
“Kira-kira dua bulan yang lalu, saya berkencan dengan seorang wanita di sini.
Yah, suasana kafe ini sungguh romantis, tak kalah dengan kafe-kafe bergaya Hispanik di Lisbon, Portugal. Ditambah udara segar dari
taman di luar, benar-benar sempurna seperti slogan anda itu.”
“Ah, ya, Café d’Amor, tempat
berseminya asmara,”
ujar Dhima.
Aku mengangguk. “Ya. Nah, semula
saya ragu menyatakan cinta pada Meisya. Yah, takut ditolak dan sebagainya.
Namun anda, ya, anda datang menyarankan minuman… apa ya…”
“Iced Caramel Macchiato, Toraja Blend. Saya baru ingat itu.”
“Tepat. Kopi keras membangkitkan
keberanian. Saya bersorak saat Meisya menerima cinta saya.”
“Kalau tak salah, foto anda berdua
juga terpampang di dinding depan, bukan?” Telunjuk Dhima menari-nari.
“Tak salah. Tapi sebaiknya anda
cabut saja foto itu, juga slogan anda.”
“Lho, mengapa?” Senyum Dhima
berganti kerutan di dahinya. “Apa yang terjadi?”
“Kami putus seminggu yang lalu.
Tak sampai dua bulan! Huh! ‘Keajaiban Cinta’ kafe anda ini sungguh tak manjur!”
Nah, tumpahlah seluruh sesakku.
Anehnya, Dhimara diam seribu
bahasa. Ia hanya menatapku seperti seorang ayah pada anaknya.
Egoku terusik, emosiku tersulut.
Sebelum amarahku membuncah bagai
kembang api tahun baru, Dhima angkat bicara, “Tenang, Mas Fadli. Nampaknya anda
sedikit salah paham. Yah, terus terang kami sudah sering mendengar keluhan
seperti ini. Dan semuanya itu bersumber dari mitos yang keliru.”
“Mitos? Keliru? Apa maksud anda?
Jangan berbelit-belit!”
Dhima kembali menyela, “Mitos,
anggapan bahwa siapapun yang menyatakan cintanya di tempat ini pasti mendapatkan cinta sejati. Itukah yang
pertama kali menarik anda kemari?”
“Eh, uh…” Memang benar, jaminan
itulah yang membuatku melintas separuh lebar kota kemari. Namun ego melarangku
mengakuinya.
“Tak usah dijawab.” Suara si lawan
bicara menyelamatkan gengsiku. “Entah mitos, word of mouth marketing atau reputasilah yang membuat kafe kami ini
laris. Namun seharusnya setiap pengunjung menyadari satu hal terpenting. Cinta
didapatkan dan dipertahankan lewat usaha dan keputusan. Kami di sini hanya
memberikan suasana dan sajian yang mendukung, sedangkan Tuhanlah yang
menentukan hasil akhirnya.”
“Jadi maksud anda, kafe ini
sesungguhnya tak seperti slogannya?”
“Bukan slogan, tapi mitos. Arti
slogan kafe ini adalah tempat yang cocok untuk menyemai cinta. Bukan
berarti siapapun yang kemari pasti mendapatkan cinta. Mungkin saja ada yang
cintanya ditolak atau belum saatnya diterima. Ada pasangan yang ragu mengambil keputusan,
bahkan memutuskan berpisah. Nah, biasanya mereka ini malu dan enggan
menunjukkannya di depan umum. Sudah banyak pula tamu yang kembali menyampaikan
keluhan seperti mas ini sekarang.”
“Lantas, apa putus cinta ini
semata-mata kesalahan saya?”
Dhima menggeleng. “Ceritakanlah
dulu duduk perkaranya.”
Maka jadilah aku curhat. Selama
menjalin kasih, aku nyaris tak sempat memberi perhatian pada Meisya. Pekerjaanku
sebagai programer menuntut konsentrasi sepanjang waktu, berhari-hari lamanya.
Belakangan, aku mendengar kabar burung Meisya selingkuh dengan teman kantornya.
Saat kutanya, ia mengakuinya dan minta putus dariku saat itu juga.
“Bukan salah siapa-siapa,” tanggap
Dhima. “Kalau Meisya sungguh mencintaimu, setidaknya ia memahami dan menerima
keadaanmu yang tak bisa memperhatikannya sepanjang waktu. Sayang, ia adalah
tipe wanita yang mengharapkan banyak sekali perhatian. Si teman kantor selalu bertemu
dengannya tiap hari, jadi bisa lebih sering memperhatikannya. Kesimpulannya,
kalian memang tidak cocok satu sama lain.”
“Ah, begitukah?”
Perasaanku berbaur, antara lega
dan sesak. Lepas dari perasaan bersalah dan keinginan menyalahkan Meisya dan kafe
ini, namun disesakkan oleh kenyataan kami memang takkan bisa bersatu.
Meisya memang menyebut “kurang
perhatian” sebagai alasan putus cinta. Aku tak pernah memahamai hal yang
sesungguhnya karena ia menimpakan segala kesalahan padaku. Pada siapa lagi harus
kualihkan penghinaan ini, kalau bukan Café d’Amor?
Hanya ada satu cara memperbaiki
kekhilafanku ini.
“Maafkan saya, pak,” ujarku,
tertunduk malu. “Menuduh kafe anda menipu dengan sihir dan guna-guna agar orang
jatuh cinta. Itu sungguh tak pantas dan sangat kekanak-kanakan.”
Dhima membalasnya dengan tawa.
“Tak apa, Mas Fadli. Yang penting sekarang anda sudah tahu kuncinya. Pasangan
yang cocok bagi anda adalah yang bisa menerima dan memahami anda dalam kondisi
sekarang ini. Memang nampaknya akan sulit, tapi saya yakin suatu hari anda akan
menemukan ‘Miss Right’ itu.”
Sebelum aku sempat mengucapkan
terima kasih, mendadak seorang wanita muncul dan menggamit pundak Dhimara. Ah,
aku ingat. Ia si pemain biola yang melantunkan “Besame Mucho” pesananku waktu itu. Mustahil kulupakan wajah cantik
dan figurnya bak bidadari Nirwana itu.
Terlebih suara sehalus diva-nya. “Wah, wah, ada apa ini,
sayang? Seru sekali bicaranya.”
“Haha, hanya langganan lama datang
untuk curhat,” jawab sang suami sambil menggamit lembut tangan istrinya.
“Kenalkan, ini Mas Fadli. Ini istri saya, Yvonne.”
Kujabat tangan wanita itu. “Salam kenal, Bu
Yvonne.”
“Ah, ‘masa Bu? Panggil Yvonne
saja.” Senyumnya mencairkan dinding es yang membentengi hatiku.
Jalan terbuka, pembicaraan kami
bagai bertemunya tiga kawan lama. Tak kusangka, mereka menceritakan hal yang
tak pernah mereka ungkap pada para tamu lain.
Rupanya sebelum menikah Dhimara
dan Yvonne sama-sama full-timer kantoran.
Setelah nikah, Dhima membuka kafe ini untuk sambilan, menghindari macetnya
Ibukota. Saat usaha kafe mulai maju, barulah Dhima mengundurkan diri dari
kantornya dan Yvonne menyusul kemudian. Jadilah keduanya tinggal, mencurahkan
segenap hati, pikiran dan daya-upaya untuk kafe ini, seperti pula kedua anak
mereka.
Barulah kutahu, pernikahan
keduanya bertahan melewati kesulitan luar biasa. Selain masalah keuangan, kesibukan
akibat peran ganda di kafe mengurangi porsi waktu mereka untuk memperhatikan
anak-anak dan masing-masing, apalagi untuk bersenang-senang.
Walau usaha mereka lancar kini,
kesibukan mereka malah bertambah. Hanya lewat komunikasi, rasa saling mengerti,
menghormati dan tenggang rasalah yang membuat bahtera rumahtangga mereka tetap
berlayar meski dalam badai.
Masalahku ini tak ada apa-apanya
dibanding mereka.
Waktu berlalu tanpa terasa, hingga
tiba saatnya aku pamit dengan alasan hari mulai gelap. Yah, hampir waktu
ramainya kafe. Sebaiknya kubiarkan mereka berkonsentrasi pada pekerjaan.
Baru tiga langkah kakiku keluar
dari pintu depan, kupalingkan wajah ke arah trotoar. Tiba-tiba aku tercekat,
seolah baru melihat hantu.
Itu Meisya, bersama… seorang pria
gemuk berkacamata.
Dan mereka sedang berjalan menuju
ke arahku.
Secepat kilat aku berbalik, masuk
lagi di kafe tadi.
Kebetulan Dhima melihatku dan
bertanya, “Lho, ada apa, Fad? Wajahmu kusut begitu?”
“Tolong, biar saya sembunyi
sebentar. Ada Meisya lewat. Saya tak mau dia melihat saya.”
“Hah? Bukankah tak apa? Siapa
tahu…”
“Tak bisa, karena dia bersama pria
lain. Ah, lihat! Mereka kemari!”
“Cepat, sembunyilah di sana!” Dhima menunjuk ke
bar.
Tanpa pikir panjang aku
cepat-cepat duduk, meringkuk di sana.
Hanya mataku yang mengintip dari balik kaca, hingga nona penjaga kasir geleng
kepala.
Tubuhku panas-dingin. Kulihat
mantan pacarku mengambil tempat duduk dekat jendela kafe, persis saat aku
kencan dengannya dulu. Tampak Dhima melayani keduanya, pura-pura tak mengenali
Meisya dan menawarkan kopi Sumatra pada si selingkuhan.
Ingin rasanya kulabrak mereka,
namun Dhima menahanku.
“Lihat saja hasilnya. Jangan
membuat keributan di sini,” ujarnya tegas.
Tak lama kemudian Yvonne
menghampiri pasangan itu. Si pria gemuk bicara dengannya, lalu kembali
bercanda-ria dengan Meisya.
Diiringi “Besame Mucho”… lagu kenanganku!
Menyebalkan! Apa takdir tengah
mempermainkanku?
Memuncaki segalanya, si gendut yang
jauh dari tampan itu menggamit tangan Meisya dengan lembut, mengatakan sesuatu.
Meisya menanggapinya dengan
anggukan, serta senyumnya yang termanis.
“YES! YESS!” Si gendut bangkit dari kursinya, berseru sambil mengepalkan tangan di udara
tanda keberhasilan. “I love you, Meisya!
I love you!”
Teriring Dhimara yang menghampiri
keduanya, memberi selamat.
“Keajaiban” Café d’Amor terjadi lagi.
Dengan telapak tangan kututupi
mataku. Aku tak sanggup melihatnya lagi.
Harus kusembunyikan pula air
mataku yang membuncah ini. Tidak, tak satupun makhluk boleh melihatku menangis.
Cukup jelas, aku gagal kali ini. Tak perlu rasa malu lagi untuk menambah beban
deritaku ini. Bisa kubayangkan foto mereka menggantikan fotoku dengan Meisya di
“Dinding Asmara”.
Tak ada sesuatupun yang dapat
menghiburku kini. Kecuali, mungkin, tangan Dhimara yang menepuk bahuku.
“Sudahlah, tak usah sesali yang
telah terjadi,” ujar Dhima, kembali dengan nada kebapakan. “Ingatlah
pembicaraan kita tadi.”
Aku menegadahkan kepala padanya.
Pembicaraan yang mana?
“Jalan masih panjang,” lanjut si pemilik
kafe. “Suatu hari nanti kau akan bertemu wanita yang mau memahami dan
menerimamu apa adanya. Saat kau menemukannya, ajaklah kemari. Café d’Amor,
tempat berseminya asmara.”
Jakarta, 17 Januari 2012
----------------------------------------------
Advertisement:
DinO'Z CAFE - Coffee Shop
Our F&B:
- Hot & ice blended coffee or non coffee
- Fruit soda + smoothies
- Tea yogurt
- Beer + heinz flover (our special drink)
- Sosis panggang + spaghetti + dim sum
- Roti panggang
- NasGor + indomie selera nusantara
And Other Out Door:
- Cozy Free wifi
- Proyektor (NOBAR) full Music
- Aneka Games
On 5PM - 2AM
More Info:
Dino'z Cafe - Coffee Shop
Jl. Sentani C11/14, Kemayoran - Jakarta Pusat ( blkg PRJ )
pin:28CBCD71
Subscribe to:
Posts (Atom)
Popular Posts
-
The Big Coconut Adventure is an online environment for children to explore the world of monkey band, the ZingZillas, learning about music ...
-
. Thank you for signing my guestbook! God bless you! -- Posted By vadis to vadisworld - my way, my world at 1/08/2008 04:34:00 AM
-
Source: http://youtu.be/BpqNvskS_kM Download this song: http://erb.fm/buyVaderHitler3 Tweet this Vid-ee-oh! http://clicktotweet.com/8ZI4...
-
Honda All New Jazz / Fit Hybrid Variant 2011 Picture from: http://www.dieselstation.com/cars/honda-jazz-hybrid-2011-a2832.html The most obvi...
-
--------------- SHARING We encourage sharing--forward to a friend! --------------- CHAPTER LII. (CONT'D) The canon, the curate, and the ...
-
--------------- SHARING We encourage sharing--forward to a friend! --------------- CHAPTER XXVII. (CONT'D) They did not bray in vain, Ou...
-
--------------- SHARING We encourage sharing--forward to a friend! --------------- CHAPTER XVIII. (CONT'D) Is there any need to say that...
-
--------------- SHARING We encourage sharing--forward to a friend! --------------- CHAPTER XXXIX. IN WHICH THE TRIFALDI CONTINUES HER MARVEL...
-
No images? Click HERE . May 2011 - Hey Stra...