Pena by Andry Chang
Kepada
majikanku, pemilikku.
Pernahkah
kau sisakan waktu memikirkan diriku? Sadarkah kau, saat kau menaruhku di meja begitu
saja setelah menuliskan beberapa kata, memisahkanku dari tutupku? Diam-diam aku
merangkak bagai ulat, memasukkan ujung runcingku ke penutupnya agar tubuhku tak
kering dan macet bila aku kaugunakan lagi.
Berapa
sering kau ingat untuk menyimpanku kembali di tempatku? Lebih sering aku
sendiri yang diam-diam merangkak, mendaki dengan hati-hati, dan akhirnya bergabung
kembali dengan saudara-saudaraku di tempat penyimpanan pena.
Sering
kudengar para pena lainnya mengeluhkan ulahmu dan menyalahkan aku karena selalu
bergerak sendiri. Kata mereka, seharusnya aku selalu menunggu sampai majikan
mengembalikanku ke tempat dan keadaan semula, seperti saat kau memilihku untuk
membantu pekerjaanmu.
Tapi
aku menggeleng. Aku tak mau bernasib sama seperti banyak saudaraku yang lain.
Yang tiba-tiba macet tintanya gara-gara ujungnya tak ditutup dari udara atau
cacat saat jatuh membentur tanah. Tak sudi aku menghuni tong sampah lebih cepat
dari seharusnya.
Tiba-tiba
aku tersadar, ada satu hal yang jauh lebih penting yang harus kusampaikan
padamu.
Pernahkah
kau sadari, bahwa usia hidupku tak lebih dari banyaknya tinta yang kukandung
dan bisa kusalurkan? Kecuali kau memberiku isi tinta baru, pada akhirnya aku
pasti bergabung dengan puluhan, bahkan ratusan saudaraku yang telah lebih
dahulu kaucampakkan ke tong sampah.
Biarlah
dengan tetes-tetes tinta terakhirku ini kutuliskan pesan terakhir untukmu,
majikanku, pemilikku. Semoga karya-karya yang kauhasilkan dengan setetes
bantuanku ini bisa mengantarmu mewujudkan mimpi dan cita-citamu.
Terima
kasih telah membuat setiap tetes tintaku sungguh berarti. Salam sayang…
Tak
ada tinta tersisa, sang pena hanya tergeletak pasrah di atas tulisannya.
Saat
sang majikan selesai membaca pesan itu, ia menoleh was-was, apakah tadi
penulisnya adalah hantu? Akal sehat membuatnya bicara, mungkin bunda yang
menuliskan rampai aksara ini untuknya.
Maka,
sebagai langkah pertama, sang majikan menaruh kembali sang pena ajaib di tempat
alat tulis, setelah terlebih dahulu mengganti isian tintanya dengan yang baru.
Bagai
terlahir kembali, sang pena kembali memunculkan wajahnya, mengembangkan senyum
termanisnya sepanjang masa.
-----------------------------------
Sumber gambar: Smiley-Faced Pen
http://www.pensonly.com.au/novelty-pens/happy-face-pen.htm
Baca pula kisah-kisah lain karya Andry Chang di:
http://fantasindo.blogspot.com/search/label/cerita%20fantasi%20karya%20vadis
No comments:
Post a Comment