Wednesday, August 06, 2014

Pena




Pena by Andry Chang

Kepada majikanku, pemilikku. 

Pernahkah kau sisakan waktu memikirkan diriku? Sadarkah kau, saat kau menaruhku di meja begitu saja setelah menuliskan beberapa kata, memisahkanku dari tutupku? Diam-diam aku merangkak bagai ulat, memasukkan ujung runcingku ke penutupnya agar tubuhku tak kering dan macet bila aku kaugunakan lagi. 

Berapa sering kau ingat untuk menyimpanku kembali di tempatku? Lebih sering aku sendiri yang diam-diam merangkak, mendaki dengan hati-hati, dan akhirnya bergabung kembali dengan saudara-saudaraku di tempat penyimpanan pena. 

Sering kudengar para pena lainnya mengeluhkan ulahmu dan menyalahkan aku karena selalu bergerak sendiri. Kata mereka, seharusnya aku selalu menunggu sampai majikan mengembalikanku ke tempat dan keadaan semula, seperti saat kau memilihku untuk membantu pekerjaanmu. 

Tapi aku menggeleng. Aku tak mau bernasib sama seperti banyak saudaraku yang lain. Yang tiba-tiba macet tintanya gara-gara ujungnya tak ditutup dari udara atau cacat saat jatuh membentur tanah. Tak sudi aku menghuni tong sampah lebih cepat dari seharusnya. 

Tiba-tiba aku tersadar, ada satu hal yang jauh lebih penting yang harus kusampaikan padamu. 

Pernahkah kau sadari, bahwa usia hidupku tak lebih dari banyaknya tinta yang kukandung dan bisa kusalurkan? Kecuali kau memberiku isi tinta baru, pada akhirnya aku pasti bergabung dengan puluhan, bahkan ratusan saudaraku yang telah lebih dahulu kaucampakkan ke tong sampah. 

Biarlah dengan tetes-tetes tinta terakhirku ini kutuliskan pesan terakhir untukmu, majikanku, pemilikku. Semoga karya-karya yang kauhasilkan dengan setetes bantuanku ini bisa mengantarmu mewujudkan mimpi dan cita-citamu. 

Terima kasih telah membuat setiap tetes tintaku sungguh berarti. Salam sayang… 

Tak ada tinta tersisa, sang pena hanya tergeletak pasrah di atas tulisannya. 

Saat sang majikan selesai membaca pesan itu, ia menoleh was-was, apakah tadi penulisnya adalah hantu? Akal sehat membuatnya bicara, mungkin bunda yang menuliskan rampai aksara ini untuknya. 

Maka, sebagai langkah pertama, sang majikan menaruh kembali sang pena ajaib di tempat alat tulis, setelah terlebih dahulu mengganti isian tintanya dengan yang baru. 

Bagai terlahir kembali, sang pena kembali memunculkan wajahnya, mengembangkan senyum termanisnya sepanjang masa.


-----------------------------------

Sumber gambar: Smiley-Faced Pen
http://www.pensonly.com.au/novelty-pens/happy-face-pen.htm

Baca pula kisah-kisah lain karya Andry Chang di:
http://fantasindo.blogspot.com/search/label/cerita%20fantasi%20karya%20vadis

No comments:

Post a Comment

Popular Posts