VadisReview by Andry
Chang
Rahasia Hujan
Penulis:
Adham T. Fusama
Genre: Novel
Teenlit-Thriller
Penerbit:
Moka Media (www.mokamedia.net), 2014
Format:
Paperback, 272 halaman, 12,7 x 19 cm
Penyunting:
J. Fisca
Penata Letak:
Indarto Widhi Putranto & J. Fisca
Pendesain
Sampul: Fahmi Fauzi
ISBN:
979-795-857-4
Sinopsis:
Sekolah Pandu kedatangan murid baru dari Jepang, seorang
anak pendiam yang misterius. Sebagai teman sebangku, Pandu merasa harus
bersikap ramah, meski Anggi—si murid baru—terus bersikap dingin.
Pada akhirnya, kebaikan hati Pandu membuat Anggi jatuh cinta. Tapi Pandu sudah punya pacar—seorang gadis cantik bernama Nadine. Ketika rasa sayang Anggi berubah menjadi obsesi berbahaya, Pandu dan teman-temannya terseret ke dalam sebuah permainan mengerikan.
Dan, Pandu harus bertaruh nyawa demi kebebasannya.
"Sebab demi bersamamu, akan kulakukan segalanya…."
***
“Meski menggunakan bahasa yang ringan khas remaja, kegelisahan dan ketegangan di novel ini dibangun dengan elegan hingga mencapai klimaksnya. Novel yang cocok bagi penggemar cerita remaja dan suspense-thriller.”
—Muhamad Rivai (@rivaimuhamad), penulis antologi Setelah Gelap Datang dan salah satu penulis antologi Cerita Horor Kota.
“Jalinan kisahnya di luar dugaan! Apa yang semula manis berubah mencekam lewat klimaksnya yang dibangun secara perlahan namun matang.”
—Paulus Lulut Yunar Ladiarsa(@Loe2Tea), Deputy Editor Cinemags Magazine.
“Jangan baca di malam hari apalagi saat sendirian. Dan, berhati-hatilah dengan temanmu sendiri!”
—Langit Amaravati(@LangitAmaravati), Cyberpsycholog & Selected Writer Ubud Writers and Readers 2013.
Pada akhirnya, kebaikan hati Pandu membuat Anggi jatuh cinta. Tapi Pandu sudah punya pacar—seorang gadis cantik bernama Nadine. Ketika rasa sayang Anggi berubah menjadi obsesi berbahaya, Pandu dan teman-temannya terseret ke dalam sebuah permainan mengerikan.
Dan, Pandu harus bertaruh nyawa demi kebebasannya.
"Sebab demi bersamamu, akan kulakukan segalanya…."
***
“Meski menggunakan bahasa yang ringan khas remaja, kegelisahan dan ketegangan di novel ini dibangun dengan elegan hingga mencapai klimaksnya. Novel yang cocok bagi penggemar cerita remaja dan suspense-thriller.”
—Muhamad Rivai (@rivaimuhamad), penulis antologi Setelah Gelap Datang dan salah satu penulis antologi Cerita Horor Kota.
“Jalinan kisahnya di luar dugaan! Apa yang semula manis berubah mencekam lewat klimaksnya yang dibangun secara perlahan namun matang.”
—Paulus Lulut Yunar Ladiarsa(@Loe2Tea), Deputy Editor Cinemags Magazine.
“Jangan baca di malam hari apalagi saat sendirian. Dan, berhati-hatilah dengan temanmu sendiri!”
—Langit Amaravati(@LangitAmaravati), Cyberpsycholog & Selected Writer Ubud Writers and Readers 2013.
Rahasia si Penghenti
Hujan
Entah kapan dan di mana, saya pernah membaca bahwa psikopat
adalah orang yang melakukan dosa atau kesalahan, namun sama sekali tak merasa
berdosa atau bersalah. Di tingkat paling ekstrim, dosa yang ia lakukan itu bisa
jadi pembunuhan, bahkan pembantaian sadis dan berantai. Suara nurani bahkan tak
ia pedulikan lagi. Dan semua itu dilakukan dengan entengnya seolah-olah sedang
berjalan-jalan di taman.
Bedakan dengan fanatisme ekstrim, yang menghalalkan
segala cara demi meraih “kebenaran tertinggi”. Salah satu pemicu perilaku
psikopat ini adalah obsesi yang berlebihan, sedangkan akar penyebab semua itu
cukup beragam.
Dalam novel thriller “Rahasia Hujan” ini, Adham T. Fusama
sebagai penulis menunjukkan salah satu contoh perilaku psikopat yang cukup
realistis, bahkan cenderung “umum”. Di permukaan, si psikopat tampak amat
normal dan cenderung “cool”. Baik pembaca maupun para tokoh lain dalam kisah
ini, termasuk Pandu, si tokoh utama dibuat sama sekali tak menduga, tak rela
dan tak percaya bahwa tokoh Anggi, siswi pindahan dari Jepang itu psikopat.
Padahal, sejak melihat cover depan di awal dan membaca sinopsis di cover
belakang, pembaca sudah menduga ada yang “tak beres” dengan Anggi.
Saat plot digali lebih dalam, bab demi bab, sedikit demi
sedikit mulai terkuak misteri di balik tokoh Anggi, si “gadis biasa” itu.
Lambat tapi pasti, sisi-sisi positif diperkenalkan, yaitu “gadis cantik yang
cerdas” – “banyak bakat kecuali olahraga” sampai “memiliki gaya hidup impian
tiap remaja”. Namun, juga ada sisi-sisi negatif yang agak “menjurus”, yaitu
kegemaran Anggi menggambar, menonton film horor dan thriller. Mungkin jelas
salah satu tokoh yang paling ia sukai adalah salah satu psikopat juara
sepanjang zaman, yaitu Hannibal Lecter dari film “Silence of the Lambs”.
Pertama kali saya lihat teru-teru bozu, dikenalkan bro Ikkyu San. |
Iseng tebak-tebak buah manggis, mungkin ide awal Adham
muncul saat mengamati sosok boneka teru-teru bozu, boneka takhayul dari Jepang
yang selalu digantung di bagian “leher”-nya (en.wikipedia.org/wiki/Teru_teru_bozu). Setelah bertanya-tanya
mengapa demikian dan melakukan survei secukupnya, muncullah ide untuk
mengkombinasikannya dengan nuansa thriller. Sebenarnya, cukup mengekspos
teru-teru bozu saja semua pembaca sudah cukup dibuat penasaran seberapa jauh
tindakan psikopatik Anggi nantinya. Mungkin juga “petunjuk-petunjuk menjurus
psikopat” lain sengaja ditambahkan untuk memancing kecurigaan salah seorang
tokoh, yaitu Mamet, yang salah memahami perilaku psikopat sebagai sesuatu yang
tampak jelas dari luar.
Dari plot yang nampaknya biasa-biasa saja, seperti teenlit
atau sinetron percintaan remaja, secara bertahap, setingkat demi setingkat plot
menanjak menjadi prankster (mengerjai orang) hingga mencapai klimaksnya, yaitu
thriller, “permainan mengerikan” yang amat mengejutkan, mendadak dan
menghentak. Mungkin sebagian pembaca merasa kurang nyaman dengan penguraian
bertahap yang terkesan lamban. Beberapa interaksi dalam tiap bab terkesan
“numpang lewat”, padahal memuat fakta penting tentang hubungan setiap tokohnya.
Juga berhubungan erat dengan apakah itu akan memicu tindakan psikopatik atau
tidak, semacam tarik-ulur saat memancing ikan.
Yang jelas, saya sendiri merasa Adham sebagai penulis
menggunakan semacam teknik untuk “menyihir” pembaca, menguji kesabaran mereka
yang mencari thriller dalam sisipan teenlit padahal itu adalah klimaks, lalu
ditutup dengan beberapa bab kesimpulan untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan
perubahan yang terjadi akibat thriller itu.
Tentunya rangakaian “teka-teki” semacam Kotak Pandora atau
Rubik itu perlu pula disimak. Para protagonis jelas telah melakukan usaha untuk
mencegah “thriller” terjadi, namun si antagonis yang rupanya telah
mempersiapkan segalanya dengan matang keburu bertindak. “Kengerian” terjadilah,
jadi tinggal satu hal yang bisa dilakukan Pandu, si protagonis utama, yaitu
“bertaruh nyawa demi kebabasannya,” dan perlu saya tambahkan, dengan cara
menghentikan si antagonis. Caranya secara rinci? Silakan anda ungkap sendiri
dengan membeli dan membaca novel ini.
Dari segi karakter, pendalaman karakter Anggi, pengembangan
karakter Pandu dan perubahan cukup dramatis pada diri karakter Mamet dan banyak
lainnya akibat “Rahasia Hujan” ini patut disimak. Namun, saya sendiri juga
berhasil dibuat berpikir, apa harus, apa perlu ada kejadian ekstrim dan
orang-orang yang berperilaku ekstrim supaya terjadi perubahan yang signifikan
dalam masyarakat? Kenyataannya, kesadaran masyarakat umumnya tak timbul dengan
sendirinya. Bahkan, walau terjadi satu-dua kejadian ekstrim, begitu “gaung”-nya
menghilang, masyarakat kembali lupa dan berbalik lagi melakuan
kesalahan-kesalahan lama yang sama.
Pendalaman agama dan pemberian kasih sayang yang disajikan
sebagai sesuatu yang menyenangkan, menarik dan menggairahkan secara
berkesinambungan bisa jadi solusi untuk membawa perubahan positif dalam budaya
masyarakat, dan harap saja, jadi vaksin yang mencegah pola pikir psikopat.
Kesimpulannya, salut untuk Adham yang cukup berhasil
“menyihir” pembaca lewat karya thriller berselubung teenlit ini. Sedikit saran,
mungkin plotnya bisa “diperhalus” dengan menghilangkan atau mengganti
petunjuk-petunjuk yang terlalu “menjurus”. Contohnya, mengganti gambar-gambar
seram dengan gambar orang, benda atau tempat yang melulu diguyur hujan. Juga,
untuk “mengelabui” calon pembeli, diberikan kontradiksi antara desain cover
teru-teru bozu di tengah hujan yang digantung di atas pohon, tanpa efek darah,
warna cover cerah atau bernuansa biru dengan tetap mencantumkan “Sebuah Novel
Thriller” di atasnya.
Akhir kata, melengkapi nuansa takhayul Jepang di novel
bersetting Indonesia ini, biarkanlah saya menembang,
Teru-teru bozu, teru bozu
Buatlah esok hari yang cerah
Seperti langit di mimpi
Jika besok cerah, aku
akan memberikan bel emas
Tapi bila tidak, biarlah kau terus tergantung di sana,
menurunkan hujan darah.
***
Keterangan lebih lanjut tentang novel ini serta
review-review lainnya dapat disimak di link Goodreads.com ini: http://www.goodreads.com/book/show/22715934-rahasia-hujan
No comments:
Post a Comment