4 Musim Cinta
Penulis: Abd. Gafur, Mandewi, Puguh
Hermawan, Pringadi
Abdi
Goodreads Link: https://www.goodreads.com/book/show/25053327-4-musim-cinta
Apa kau percaya jika satu hati hanya
diciptakan untuk satu cinta? Barangkali beruntung orang-orang yang bisa jatuh
cinta beberapa kali dalam hidupnya. Tetapi aku yakin, lebih beruntung mereka
yang sanggup menghabiskan hidupnya dengan satu orang yang dicintai dan
mencintainya.
4 Musim Cinta adalah sebuah novel yang bertutur tentang lika-liku kehidupan cinta empat birokrat muda: satu wanita, tiga pria. Gayatri, wanita Bali yang merasa berbeda dengan wanita-wanita pada umumnya. Gafur, pria Makassar yang menjalin kasih dengan seorang barista asal Sunda yang enggan menikah. Pring, pria Palembang yang nikah muda tetapi harus terpisah jauh dari istrinya karena tugas negara. Arga, pria Jawa yang selalu gagal menjalin hubungan dengan wanita. Mereka bertemu dan saling berbagi rahasia. Tak disangka, setiap rahasia kemudian menjadi benih-benih rindu yang terlarang. Persahabatan, cinta, dan kesetiaan pun dipertaruhkan.
4 Musim Cinta adalah sebuah novel yang bertutur tentang lika-liku kehidupan cinta empat birokrat muda: satu wanita, tiga pria. Gayatri, wanita Bali yang merasa berbeda dengan wanita-wanita pada umumnya. Gafur, pria Makassar yang menjalin kasih dengan seorang barista asal Sunda yang enggan menikah. Pring, pria Palembang yang nikah muda tetapi harus terpisah jauh dari istrinya karena tugas negara. Arga, pria Jawa yang selalu gagal menjalin hubungan dengan wanita. Mereka bertemu dan saling berbagi rahasia. Tak disangka, setiap rahasia kemudian menjadi benih-benih rindu yang terlarang. Persahabatan, cinta, dan kesetiaan pun dipertaruhkan.
Format: Paperback, 332 halaman
Penerbit: Exchange
ISBN13: 9786027202429
Website: http://kaurama.com/exchange/
Pecinta
Empat Musim di Negeri Dua Musim
Resensi
dan Bedah Novel oleh: Andry Chang
(Perhatian:
Mungkin mengandung Spoiler)
Menilik
biodata para penulis yang berlatar belakang profesi serupa, yaitu Pegawai
Negeri Sipil, khususnya di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, tak heran novel “4
Musim Cinta” ini berlatar belakang kalangan birokrat di bidang kerja yang
sejenis, bahkan pernah satu kantor saat bertemu. Mungkin inilah contoh
kedekatan dan keakraban yang timbul karena kesamaan lokasi dan profesi – yang mana
kadangkala sulit terwujud di kantor-kantor lain, karena faktor budaya kerja,
watak para karyawan dan manajemen dan sebagainya.
Namun,
apakah keempat tokoh utama itu lantas benar-benar beruntung bisa saling bersahabat? Apakah
semuanya bisa selalu indah seperti musim semi? Mari kita tinjau para tokoh
kunci dalam kisah ini.
Gayatri
adalah “winter”. Ia adalah gadis yang cerdas dan berdedikasi tinggi hingga
karirnya melejit. Karena wataknya itulah Gayatri cenderung terkesan
perfeksionis. Seperti halnya musim dingin, ia membangun dinding-dinding es tebal
yang membentengi hatinya. Seakan hanya pria yang wataknya “seperkasa” Hercules
saja yang bisa menembus dan meluluhkan dinding itu. Sayangnya, entah karena
beban pekerjaan yang berat ataupun faktor-faktor lainnya, Gayatri jadi sulit
bertenggang rasa pada pria, dan menetapkan standar kedewasaan yang tinggi –
atau lebih tepatnya – sekuat Hercules. Parahnya lagi, pria-pria yang makin
dekat dengannya adalah seperti Adam – justru setelah menikah Adam jadi lebih
dekat lagi dengan Gayatri. Dan Pring yang mampu meluluhkan hati Gayatri yang
standar “taste”-nya juga tinggi, termasuk dalam hal puisi, lagu, kopi dan
pembicaraan-pembicaraan yang cerdas dan/atau filosofis.
Pring
adalah “spring”. Dialah pria yang mampu meluluhkan dinginnya es musim dingin
dengan kehangatan musim semi yang penuh keindahan. Tapi Pring bukan dewa, dia
manusia biasa. Parahnya lagi, statusnya kini adalah seorang suami. Tugas negara
membuatnya harus jauh dari sang istri, dan yang paling gawat, Pring, seperti
halnya pria pada umumnya, butuh kehangatan yang berasal dari kedekatan. Hanya
keindahan dan kehangatan itulah yang dapat menghibur dan menghangatkan hatinya
dari kesepian dan mengurai kekusutan akibat beban pekerjaan. Bila ia tak bisa
mendapatkannya dari sang istri yang tinggal jauh, apa lantas ia harus menggali
kehangatan itu dari rekan kerja yang dekat?
Arga
adalah “summer”. Di negeri empat musim, musim panas adalah waktu libur sekolah
yang biasa digunakan untuk berwisata dan bersenang-senang. Begitu pula dengan
Arga, dia selalu bisa jadi teman yang baik bagi orang-orang di dekatnya, tempat
untuk mencurahkan hati dan berbagi rasa. Mungkin sifat “easy going”-nya itu
yang membuatnya terkesan tak terlalu serius dalam hubungan antar personal, tak
begitu mampu menyentuh kedalaman hati orang lain, terutama lawan jenisnya.
Pendeknya, dia tak terlalu dewasa. Apalagi sebenarnya Arga punya sifat emosional
yang cenderung tersembunyi di balik topeng kecerdasan, pengetahuan dan tuntutan
citra kerjanya yang profesional. Seperti bom waktu, tak bisa dibayangkan bila
suatu hari emosinya sampai tersulut dan “meledak”.
Gafur
adalah “autumn”. Dalam situasi musim gugur yang berangin, saatnya mencari
tempat berteduh dalam kebersamaan. Sebenarnya Gafur sudah sangat siap menjadi “tempat
berteduh” itu. Pasalnya, ia adalah seorang pria yang sebenarnya mampu mencintai
wanita secara utuh, wajar dan tulus, cukup mapan pula. Sayang ia berhubungan
dengan orang yang salah, orang yang masih ingin terus bertualang dan menganggap
Gafur adalah “tempat berteduh yang kurang nyaman”. Akhirnya, setelah lama
ditunda-tunda dan hubungannya “digantung”, Gafur menghadapi pilihan untuk
mengejar karir dan impiannya atau terus berharap ikatan yang tak bisa ia simpul.
Bisa ditebak, Gafur memilih yang pertama. Tapi apa hasil dan akibatnya?
Selain
itu, ada juga tokoh-tokoh kunci lainnya sebagai berikut:
Dira.
Menurut saya, sikap Dira ini menyebalkan. Kenapa? Bukannya bersyukur bisa
memiliki hati Gafur yang notabene sudah cukup mapan, tulus dan dewasa, Dira
malah terus menunda-nunda dan tak mau melangkah ke jenjang hubungan yang lebih
tinggi. Saat Gafur ingin mengejar mimpi agar dapat lebih membahagiakan Dira,
Dira tak mau “diikat” dulu. Mungkin Dira bercita-cita ingin hidup mewah dan menjalani gaya hidup hedonistis, dan surat-suratnya sering berpanjang-lebar. Entah mungkin mengira Gafur bakal terlalu lama jadi
sukses atau hanya bosan, Dira malah berpindah ke lain hati. Siapa sasarannya
dan apa akibatnya? Sebenarnya mudah ditebak, tapi silakan simak sendiri.
Indah,
istri Pring adalah tipikal istri dan wanita pada umumnya yang rindu perhatian,
kasih sayang, kehangatan dan juga bisa memperhatikan pasangannya. Sayang entah
karena terlalu sibuk bekerja atau semacamnya, Pring yang sedang jauh jadi
terlau lelah dan malas memberikan perhatian itu. Bisa jadi watak Indah terlalu
polos, terlalu sabar, pura-pura tidak tahu tingkah laku Pring atau hanya mengikuti
kodratnya sebagai wanita. Atau bisa jadi Indah memiliki pemikiran yang terbuka
dan mampu berlapang dada, berbesar jiwa. Jadi ia lebih memilih cara-cara cerdas
untuk mencari kebenaran dan menyelamatkan pernikahannya, daripada melulu
berprasangka.
Plot (Jalan Cerita):
Nah,
interaksi keenam tokoh kunci ini, ditambah tokoh-tokoh latar dari dunia kerja
diramu sedemikian rupa, membangun hubungan yang tampaknya akrab tapi mengandung
kepalsuan, rahasia-rahasia yang sengaja tak diungkap dan sikap saling berasumsi
saja – yang mana itu sangat manusiawi. Misalnya, Pring berasumsi Gayatri sudah
tahu ia sudah menikah, dan Gafur yang sudah tahu itu pula tak memberitahu
Gayatri. Gayatri mungkin juga bisa mencari tahu lebih banyak tentang status terbaru
Pring lewat Facebook atau semacamnya, seperti yang ia tak sengaja temukan pada “mantan”-nya,
Adam. Tapi entah Pring tak punya akun Facebook atau selalu berahasia tentang dirinya,
atau Gayatri yang sudah terbius habis oleh puisi-puisi Pring.
Jadi,
berdasarkan sinopsis di atas mudah saja menebak siapa-siapa yang menabur benih-benih
rindu yang terlarang, persahabatan siapa yang rusak, siapa yang mempertaruhkan
kesetiaannya atau bahkan berkhianat karena menganggap yang satu lebih baik
daripada yang lain. Siapa yang tampak tegar padahal amat rapuh, juga siapa yang
selalu mendamba walaupun mustahil adanya.
Sepanjang
cerita kolaborasi empat penulis ini, keempat tokoh kunci bercerita dengan sudut
pandang masing-masing. Cerita yang diungkapkan adalah pandangan masing-masing
tokoh terhadap berbagai macam hal, dan apakah tokoh-tokoh lain mampu sinkron
dengan dirinya dan niscaya membangun hubungan saling percaya dan saling berbagi
rahasia. Lucunya, rahasia status Pring yang diketahui Gafur, misalnya tak lantas
diberitahukan pada Gayatri, dan Gafur malah menegur Pring saja. Tapi Gayatri
entah kenapa tidak tahu dan terlalu terbuai untuk mencari tahu jati diri Pring
yang sebenarnya. Apakah cinta sungguh membuatnya mabuk kepayang?
Andaikan
Gayatri bisa menurunkan sedikit standarnya dan mau menerima pria seperti Arga,
misalnya, mungkin dia takkan jadi korban dan terjebak dalam kepalsuan. Andai Pring
lebih menghargai kesakralan pernikahan daripada hasrat pribadinya sendiri, mungkin
dia bakal lebih sabar menghadapi istrinya, Indah dan tak terlalu mudah terbuai
pesona kepribadian Gayatri. Kalau tentang Dira, saya tak mau berandai-andai
karena sikap dan cara berpikirnyalah yang membuat dia menjadi antagonis dan
pemicu salah satu konflik klimaks dalam novel ini.
Hasil
akhir dan kesimpulannya sangat sesuai dengan sinopsis. Ada orang yang
seharusnya merasa beruntung bisa menghabiskan hidupnya dengan satu orang yang
dicintai dan mencintainya, tapi malah dibutakan hasratnya sendiri hingga ia
hampir saja kehilangan keberuntungannya itu. Ada yang sudah bertekad menyerahkan
hatinya pada satu orang saja, tapi tak cukup beruntung. Ada yang mencoba
berkali-kali ke beberapa orang tapi selalu gagal menjalin hubungan lebih dekat
atau tetap di “friend zone” saja. Ada pula yang entah standarnya terlalu
tinggi, idealis atau menganggap dirinya sendiri beda, jadi sulit menemukan orang
yang tepat untuk menjaga hatinya hingga akhir hayat, lingkup pilihannya terlalu
sempit, selalu bertemu dengan orang yang salah dan kurang beruntung dalam hal
jodoh.
Ending
novel “4 Musim Cinta” ini tidak terlalu konklusif dan lumayan wajar menurut
hati lapang dan akal sehat. Bisa jadi ini terjadi pula pada kebanyakan orang di
sekitar kita. Namun karena ini adalah akibat dari interaksi 4 orang yang
bersahabat erat, kesannya jadi cukup unik khususnya bagi saya yang notabene
bukan penikmat besar novel-novel genre romance.
Majulah terus, akan ada hujan
setelah kemarau
Akan ada bunga musim semi setelah
salju musim dingin
Semoga bunga cinta yang merekah di
musim semi
Dapat berbuah dan menebar benih
pada waktunya
Sebelum akhirnya layu, gugur dan
meranggas
Saat musim gugur dan musim dingin
tiba lagi
No comments:
Post a Comment