Thursday, June 21, 2007

Ingin kaya? Belajarlah Memberi!

Nah, inilah yang "kurang" dari diri saya sendiri... hmmm, tapi ada definisi lainnya ttg memberi loh, dan definisi lain dari "kaya". - BJ Vadis
 
>  Ingin kaya? Belajarlah Memberi!
>  Vitachan - Shizuoka
>
>  Kemarin sore tiba2 saya diberi kejutan kecil. Orang tua asuh saya membawa
>  beras satu bungkus isi 10 kg dan memberikannya pada saya, tepat ketika
>  saya hendak membeli beras karena persediaan dirumah saya habis. Hehe..
>  rejeki nonplok, pikir saya.
>
>  Karena sangat senang, saya kirim sms pada kakak perempuan di Indonesia
>  dan menceritakan kejadian ini. "Kok PAS, ya?, pas butuh pas ada." Tulis
>  saya pada kakak saya. Kakak saya lalu bercerita, tadi pagi ibu saya
>  memanggil tukang becak tua yg lewat didepan rumah kami, dan memberinya
>  makan satu piring nasi. Kakak saya heran, dalam rangka apa ibu saya tiba2
>  memberi makan tukang becak itu. Kata ibu saya, "Biar anak mami yg jauh ga
>  kekurangan makan." Kakak saya bilang, mungkin maksud ibu itu adalah saya
>  yg tinggal jauh di negri orang. Kontan, sorenya saya dapet beras 10kg.
>  Waduh?balasannya kok ga sebanding yah, sepiring nasi dengan sekarung
>  beras. Hehe..lumayan.
>
>  Kejadian ini mengingatkan saya pada kejadian 20 tahun lalu. Suatu hari
>  dipermulaan musim kemarau ketika saya masih duduk di kelas 3 atau 4
>  Sekolah Dasar di Bandung, ada penggalian tanah disepanjang jalan depan
>  rumah orang tua saya untuk pemasangan kabel telpon. Semua tukang gali
>  jumlahnya kira2 20 orang. Pekerjaan memakan waktu kurang lebih 10 hari.
>  Pekerjaan ini menarik perhatian saya, terutama kabel2 ukuran besar yg
>  nantinya akan ditanam dalam galian itu.
>
>  Hari pertama penggalian dimulai, matahari bersinar sangat terik. Para
>  pekerja yg kelelahan berhenti sejenak dari pekerjaannya sambil beberapa
>  kali mengusap keringat diwajahnya. Mereka terlihat kehausan karena bekal
>  air yg mereka bawa telah habis. Ibu saya yang melihat ini tanpa banyak
>  bicara membawa teko air besar dan menawarkan minuman teh dingin pada
>  mereka. Spontan mereka menerima dan meminum teh buatan ibu saya dgn
>  gembiranya. Karena mereka jumlahnya byk , ibu saya sampai 3 kali mengisi
>  teko itu.
>
>  Ternyata hari2 berikutnya pun ibu saya tidak berhenti menyediakan teko
>  air didepan rumah untuk para tukang gali itu. Bahkan bisa sampai 5 kali
>  dalam sehari ibu bolak balik mengisi teko besar itu dengan air teh. Jika
>  ada makanan ringan seperti pisang rebus, atau kue2 kecil lainnya, ibu
>  saya jg menyuguhkannya. Saya pernah bertanya, "Kenapa ibu saja yg memberi
>  air minum pada mereka? Tetangga2 lainnya pun tidak". Ibu saya hanya
>  menjawab singkat, "Kasihan", katanya. Sampai ketika pekerjaan galian itu
>  selesai, salah seorang tukang gali berkata "Terimakasih Bu, mulai hari
>  ini tidak usah sediakan air lagi, kami akan pindah ke tempat lain,"
>  katanya sambil pamit pada ibu saya. Hari2 berlalu sampai tiba pada
>  pertengahan musim kemarau. Musim kemarau pada tahun itu katanya adalah
>  musim kemarau panjang dan sangat panas dibanding tahun2 sebelumnya.
>
>  Tidak seperti air di sumur2 tetangga di komplek rumah kami yang
>  mengering, air sumur kami justru melimpah ruah. Ini ajaib. Padahal
>  tetangga kiri kanan rumah ibu saya memasang JET PUMP yg besar, sedangkan
>  kami hanya memakai pompa SANYO berkekuatan kecil. Logikanya air tanah
>  dirumah kami akan tersedot oleh tetangga kami itu. Tapi kenyataannya
>  adalah ibu saya membagi2kan air pada tetangga sebelah menggunakan selang
>  panjang melewati tembok penghalang rumah.
>
>  Semua tetangga di kompleks kami membeli air dengan jirigen2 besar untuk
>  keperluan mandi dan mencuci setiap harinya. Hanya keluarga kami yang
>  tidak kekurangan air sedikitpun melewati musim kering yg panjang dan
>  panas pada saat itu. Ketika saya bertanya pada ibu, "Kenapa air sumur di
>  rumah kita tidak kering", ibu saya menggelengkan kepala, sambil berkata
>  lirih, "Apa mungkin ini imbalan dari Tuhan karena memberi minum tukang2
>  gali yg kehausan itu kemarin dulu?." Tidak ada seorang pun diantara kami
>  yg tahu.
>
>  Sama seperti seorang guru, semakin banyak mengajar, semakin pintarlah Ia.
>  Maka praktek memberi yg diajarkan ibu saya juga berlawanan dengan rumus
>  matematika yg diajarkan disekolah. Satu dikurang satu dimana2 ya sama
>  dengan Nol. Tapi ibu saya ajaib, satu dikurang satu bisa jadi dua, bisa
>  juga tiga, atau bahkan sepuluh. Weleh, weleh?
>
>  Teman2 kokier di US tentu saja tahu Larry Stewart sang millionaire yg
>  selama 26 tahun berhasil menyembunyikan identitas diri berkeliling Kansas
>  City sambil membagi2kan lembaran uang $100, setiap malam natal. Dalam
>  wawancara dengan TV Jepang sebelum kematiannya akibat kanker tgl 14
>  januari 2007, beliau mengatakan dulu hidupnya selalu kesulitan uang ,
>  dikeluarkan beberapa kali dari pekerjaannya, bahkan pernah berniat
>  merampok bank, sampai akhirnya dia menemukan pengalaman yg mengubah
>  kehidupannya secara total ketika dia bertemu pegawai restoran baik hati
>  yg memberinya uang $20 ketika dia lupa membawa dompet pada saat makan di
>  restaurant itu. Padahal Larry berpura2, itu memang siasat buruknya karena
>  lapar , ingin makan tapi tidak memiliki uang sepeserpun.
>
>  Ketika dia berpura2 merogoh2 saku celananya dan berakting seolah2 lupa
>  tidak membawa uang, seorang pegawai restoran tersebut berjalan disebelah
>  mejanya dan membungkuk memungut sesuatu dilantai, lalu berdiri dan
>  memberikan uang $20 pada Larry sambil berkata,"Maaf Pak, uang bapak
>  terjatuh di lantai." Spontan Larry menerima uang itu, dan buru2 membayar
>  bill makan siangnya lalu bergegas pergi meninggalkan restoran itu.
>
>  Setelah keadaan agak tenang, Larry kemudian menyadari kebaikan pegawai
>  restoran tadi, karena dia yakin seratus persen, uangnya tidak pernah
>  terjatuh dilantai, bahkan dia memang tidak membawa uang sepeserpun
>  kedalam restoran itu. Merasa begitu tertolong, sejak itu Larry malah
>  menguras uang tabungannya dan berpura2 menjadi Santa sambil membagi2kan
>  uang $20 (bertambah terus setiap tahun sampai pada lembaran $100) pada
>  orang2 dijalanan yg ditemuinya.
>
>  Membagikan uang malah membuat Larry menjadi semakin kaya. Dia mulai
>  diterima bekerja dikantor kembali, bahkan kemudian berhasil membangun
>  perusahaan sendiri dan berkembang pesat. Ini keajaiban, katanya. Sesuatu
>  hal yg mustahil terjadi sebelum dia menjadi Secret Santa.
>
>  (http://www.msnbc.msn.com/id/16607436/). Ya?suatu pengalaman hidup yg
>  baik, yang patut dicontoh.
>
>  Lain ibu saya, lain Larry Stewart, lain juga teman saya ditempat kerja.
>  Maksud hati berbuat baik membagikan makanan buatannya saat makan siang,
>  yang terjadi malah petaka. Teman2 yg mencoba makanan buatannya semua
>  sakit perut bahkan ada yg beberapa kali ke kamar kecil. Karena perusahaan
>  kami bekerja dibidang pangan yg mengharuskan sekeliling kami higienis,
>  jelas saja ini tidak bisa ditolerir. Semua teman2 saya tadi yg sakit
>  perut diliburkan dan harus melakukan medical check up.
>
>  Ah?mungkin cuma keracunan makanan basi biasa sih. Tapi akibatnya fatal.
>  Keesokan harinya saat chorei (briefing), ada peraturan baru, sejak hari
>  itu, sebulan yg lalu, kami tidak diperbolehkan sharing makanan buatan
>  sendiri yg dibawa dari rumah pada teman2 dikantor saat makan siang. Wah?
>  gawat, ini sih kerugian buat saya yang suka comot2 makanan temen. Hiks.
>
>  Dari beberapa kejadian diatas, saya mencoba menyimpulkan, bahwa
>  "MEMBERI", adalah pekerjaan baik yg bisa berbuah pahala besar jika
>  dilakukan dengan ikhlas. Walaupun, kadang2 seperti kata almarhum ayah
>  saya, kebaikan yang akan berbalik pada kita itu hanya akan sekitar 99%.
>  Toh saya lebih memilih itu daripada berbuat kejahatan yg sudah pasti
>  imbalannya 100% kejahatan pula.
>
>  Berbeda dengan di Indonesia, masyarakat Jepang tidak memiliki kebiasaan
>  saling memberi jika bukan pada orang yg kita anggap sangat dekat.
>  Sembarangan memberi bisa diasumsikan menghina atau merendahkan. Apalagi
>  barang yg diberikan bukan barang baru meskipun masih bagus. Sisi buruknya
>  menurut saya adalah kurang terjalinnya kekerabatan antar manusia. Tapi
>  sisi baiknya, membuat orang2 Jepang kebanyakan sangat mandiri, tidak
>  tergantung pada belas kasihan orang lain.
>
>  OK, saya akhiri tulisan kali ini dengan kesimpulan akhir saya, bahwa
>  kebiasaan 'MEMBERI' adalah perbuatan mulia, asal sesuai waktu dan
>  kondisinya. Memberi juga tidak harus besar ukurannya, yg penting niat
>  memberi yang tulus. Memberi juga tidak harus selalu berupa barang
>  konkrit. Bisa berupa tulisan2 informatif yg mendidik seperti di KoKi,
>  atau sekedar greeting mail ucapan selamat ulang tahun pada kerabat kita,
>  atau bahkan juga sekedar memberikan dan menyisihkan waktu kita
>  mendengarkan keluh kesah sahabat2 kita. Selamat mencoba! Tuhan Yang Maha
>  Esa tau imbalan yg terbaik untuk kita.


Park yourself in front of a world of choices in alternative vehicles.
Visit the Yahoo! Auto Green Center.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts