Prolog
Kehidupan dan Kematian
Orang besar diingat atas karya besar yang dibuat dalam hidupnya. Martir diingat atas pengorbanan yang diberikan melalui kematiannya. Seorang pahlawan, diingat atas keduanya, perjuangannya dalam kehidupannya maupun kematiannya. Orang-orang akan teringat, dan terinspirasi olehnya. Tapi, bahkan pahlawan yang terbesar pun tidak akan diingat selamanya. Pada akhirnya semua akan sirna dimakan waktu, kenangan akan terlupakan, buku-buku sejarah akan hancur menjadi debu. Lidah-lidah para pencerita akan semakin kaku dan kelu, menganggap semua itu tak berguna lagi untuk diceritakan. Mereka akan dilupakan, dan dunia tetap akan berjalan terus.
Aku Kuga, yang pada suatu waktu pernah disebut-sebut sebagai Sang Dewa Perang, panglima perang dan pendekar pedang yang tak terkalahkan. Ditakuti musuh-musuhku, yang gemetar tubuhnya ketika namaku disebutkan. Dicintai oleh rakyat dan ribuan prajuritku, yang rela mati demi aku di medan pertempuran. Namaku dinyanyikan oleh bocah-bocah di seluruh penjuru dunia ketika mereka bermain-main dengan pedang kayu. Akulah yang disebut orang-orang sebagai pahlawan terbesar yang pernah ada. Yang pada akhirnya, ternyata hanyalah seorang manusia bodoh yang tidak paham untuk apa sebenarnya aku hidup dan untuk apa sebenarnya aku mati. Tidak paham, untuk apa aku mendapat kesempatan hidup setelah matiku, dan untuk apa aku mendapat kesempatan mati setelah hidupku. Dan untuk itu, sebenarnya aku tidak pantas disebut sebagai orang besar, apalagi seorang pahlawan.
Kisah ini adalah kisah para pendahuluku. Mereka yang kehidupan dan kematiannya menjadi kenanganku kala aku kecil, menjadi inspirasi kala aku belajar memegang pedang. Bagiku, merekalah pahlawanku. Tapi, ketika aku tumbuh menjadi besar, aku melupakannya. Melupakan apa yang mereka perjuangkan kala hidup, dan apa yang mereka korbankan kala mati. Sesuatu yang seharusnya tidak boleh aku lakukan, jika aku ingin memahami apa yang menjadi tujuan sebenarnya kehidupan dan kematianku.
Kehidupan dan Kematian, bukanlah dua sisi mata uang yang dapat dipisahkan begitu saja. Kematian bukanlah kebalikan dari kehidupan, melainkan hanyalah ketiadaan dari kehidupan, seperti halnya gelap dari terang, atau sunyi dari bising. Lebih jauh lagi, ketiadaan itu mungkin bukan suatu akhir, hanyalah permulaan dari sesuatu yang lain. Aku sudah merasakannya. Tapi, aku masih tetap belum mengerti sepenuhnya.
No comments:
Post a Comment