Sunday, November 09, 2008

[FireHeart di Fantasy Worlds Indonesia] Ophelia – Kenangan Masa Lalu - Chapte...

Erin, aku ada urusan sebentar. Kamu tunggu disini ya ?

Eh, kamu mau kemana, Michael ?

Itu.. rahasia. Pokoknya, ada sebuah kejutan menyenangkan untukmu.”

Ih, sekarang kamu main rahasia-rahasiaan deh. Ayo dong, kasih tahu aku, ada apa sich ?

Lho, kalau aku kasih tahu kamu sekarang, namanya bukan kejutan lagi. Tenang saja deh, aku akan segera balik secepatnya.

Janji ya ?

Iya, tenang saja.”

Tetapi, kamu tidak pernah balik lagi, Michael. Kenapa ?

Chapter 01

Di sebuah lorong rumah sakit, dua orang dokter sedang berjalan menuju sebuah ruangan.

“Apakah Anda yakin dengan keputusan Anda, Dokter Sylaz ? Kasus ini tidak sesuai dengan bidang Anda !”

“Tenang saja, Dokter Martin. Saya sudah memikirkan hal ini baik-baik, dan saya memutuskan untuk menanganinya.”

Dokter Martin menghela nafas, “Kalau memang demikian, saya tidak dapat berkata apa-apa lagi.”

Akhirnya kedua dokter itu sampai di ruangan yang terletak di ujung lorong; Sebuah ruangan kecil yang pengap dengan penerangan seadanya.

“Gadis itu ada di dalam. Tetapi pintunya jangan dibuka, karena ia akan menyerang siapa saja yang masuk ke ruangan ini.”

Dokter Sylaz mengintip melalui kaca yang terdapat di pintu. Terlihat olehnya, seorang gadis sedang duduk meringkuk di pojok ruangan. Perabot yang ada di ruangan itu hanyalah sebuah meja, dan sebuah kasur yang berada di lantai. Untuk sesaat, ia teringat akan ruangan penjara yang pernah dilihatnya.

“Ophelia...”

“Eh, apa yang Anda katakan ?”

Sylaz menggelengkan kepalanya, “Bukan apa-apa, saya hanya menggumam saja.”, lalu ia menengok kepada Dokter Martin, “Tolong, buka pintunya.”

“Dokter ! Bukankah tadi sudah saya katakan...”

Sylaz segera memotong kata-katanya, “Saya tahu ! Percayalah pada saya.”

Dokter Martin memandang wajah Sylaz, dan akhirnya mengangkat bahunya.

“Baiklah. Saya tidak bertanggung jawab, apabila gadis itu menyerang Anda, dokter.”

Dokter Martin memasukkan kunci ke dalam lubang kunci. Ketika terdengar suara kunci dibuka, gadis itu menatap tajam ke arah pintu. Dan ketika melihat Sylaz, ia segera menyerangnya.

“Dokter Sylaz, cepat keluar !”

Bukannya keluar, Sylaz malah menutup pintu.

“Dokter Martin, cepat kunci pintu itu ! Jangan biarkan gadis ini keluar !”

“Do.. dokter Sylaz !”, Dokter Martin kebingungan. Tetapi akhirnya, dengan perasaan gugup, ia mengunci pintu. Sementara di dalam ruangan, Dokter Sylaz berusaha menahan serangan gadis itu.

“Heh, akibat ledakan itu sangat parah terhadapmu ya ? Kamu jadi tidak percaya siapapun juga.”

“Kembalikan...”, suara gadis itu sangat kecil, hampir tidak terdengar oleh Sylaz.

“Apa katamu ?”

“Kembalikan Michael kepadaku !”, sambil berkata demikian, gadis itu melepaskan tinjunya tepat ke wajah Sylaz. Sylaz berhasil menghindar, dan tinju itu mengenai pintu.

“Dokter Sylaz, apakah Anda baik-baik saja ?”, terdengar suara Dokter Martin dari balik pintu.

“Tenang, aku baik-baik saja. Pokoknya, jangan buka pintu ini apapun yang terjadi !”

Lalu ia kembali memandang wajah gadis itu.

“Apakah Michael nama pacarmu ? Ia menjadi korban dalam ledakan itu, bukan ?”

“Ledakan ?”, gadis itu kebingungan, “Benar, sebuah ledakan dahsyat.”, lalu matanya menatap nyalang ke arah dinding, “Tidak, jangan pergi kesana, Michael.. MICHAEL !”

Gadis itu jatuh berlutut sambil menutup wajahnya, lalu menangis tersedu-sedu. Sementara Sylaz menarik nafas dalam-dalam.

Aku berjanji, aku akan menyembuhkanmu, Ophelia.”

Keesokan harinya, Dokter Sylaz kembali mendatangi gadis tersebut. Kali ini, ketika melihat Sylaz, gadis itu ketakutan. Ia mundur ke pojok ruangan.

“Apa kamu takut terhadapku ? Tenang saja, aku bukanlah makhluk yang berbahaya.”, lalu Sylaz duduk di lantai, tak jauh dari pojok tempat gadis itu berada serta tersenyum ramah kepadanya, “Kurasa lebih baik kita saling memperkenalkan diri. Namaku Sylaz, dan aku seorang dokter. Siapa namamu ?”

Gadis itu memandangnya dalam-dalam, lalu berkata, “Lynette Erinne, dan Michael biasa memanggilku Erin.”

“Nama yang bagus sekali. Ini merupakan awal yang bagus bagi kita berdua.”, lalu Sylaz mendekat, “Dengar Erin, aku ingin menjadi temanmu. Boleh khan ?”

“Teman ?”, Erin kembali kebingungan, “Michael juga temanku.”, lalu ia tertawa bagai anak kecil mendapat mainan baru, “Asyik, Michael dan Sylaz menjadi temanku !”

“Iya, kami akan menjadi temanmu. Erin, sebagai teman, kita harus saling percaya satu sama lain. Aku percaya padamu, jadi kamu juga harus percaya padaku, mengerti ?”

Bukannya menjawab, Erin malah menangis.

“E.. Erin, kenapa ?”

“Michael... Michael pergi... meninggalkanku... sendirian...”, tiba-tiba ia mencengkram kerah baju Sylaz, “Kamu temanku khan ? Kembalikan Michael padaku !”

“I.. itu.. tidak mungkin ! Michael sudah meninggal.”

Erin melepaskan cengkramannya dari Sylaz, “Meninggal ? Michael.. sudah meninggal ?”, lalu ia memandang Sylaz dengan penuh amarah, “Bohong ! Kamu bohong !”

Sambil menangis, Erin memukul Sylaz terus menerus, hingga akhirnya ia meringkuk, menutup wajahnya dan terisak.

“Bohong, Michael hanya pergi, tak mungkin ia meninggal...”

Sylaz tetap terdiam di tempatnya.

Mungkin, tidak seharusnya aku berkata demikian. Ah, aku memang tidak berpengalaman dalam menghadapi orang yang memiliki gangguan kejiwaan seperti Erin.”

Sylaz berusaha tersenyum, lalu mengelus rambut Erin, “Maaf Erin, kamu benar. Tidak mungkin Michael meninggal. Ia.. sedang ada urusan penting, nanti pasti ia akan balik lagi.”

Erin menengok ke arah Sylaz, “Benar ? Michael.. akan balik lagi ?”

Sylaz mengangguk. Tetapi seketika itu pula, Erin menjadi histeris.

“Michael, jangan pergi kesana ! MICHAEL... !”, dan, ia-pun jatuh pingsan.

Melihat Erin terkulai, Sylaz panik.

“E.. Erin ? Hey Erin, kamu kenapa ? Erin, sadarlah !”



Written by: Excelsior




--

Posted By Andry Chang to FireHeart di Fantasy Worlds Indonesia on 11/09/2008 08:28:00 AM

No comments:

Post a Comment

Popular Posts